RadarOnline.id, PEMATANGSIANTAR – Pemerintah telah putuskan membolehkan masyarakat tidak menggunakan masker ketika sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka. Keputusan itu dibuat meskipun saat ini pandemi Covid-19 masih belum berakhir.
Ternyata, kebijakan pemerintah melonggarkan pemakaian masker di luar ruang berdampak terhadap penjual masker di Kota Pematangsiantar. Mereka mengaku omset penjualan mulai turun setelah kebijakan pelonggaran protokol kesehatan (prokes) tersebut diumumkan.
Salah seorang penjual masker yang biasa mangkal di Jalan Brigjen Rajamin Purba, SH Kelurahan Bukit Shofa, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar, Ani (19) menuturkan, omset penjualan masker langsung menurun drastis setelah kebijakan diumumkan.
“Sejak ada pengumuman dari pemerintah boleh tak pakai masker lagi, penjualan kamipun menurun secara drastis hingga 30 persen saat ini. Tak taulah kalau besok – besok lagi, makin turun kayaknya,” ujarnya, Selasa (24/5/2022).
Sebelumnya, dikatakan Ani, sejak kasus Covid-19 melandai, permintaan masker pun sudah mulai menurun. Ditambah lagi dengan kebijakan yang diumumkan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu membuat makin merosot permintaan terhadap masker.
Imbasnya, pendapatan dari dagangan masker menurun drastis dari biasanya. Sebelum adanya kebijakan dari pemerintah tersebut, Ani bisa meraup keuntungan antara Rp. 500.000 sampai dengan Rp. 1 juta dalam sehari.
“Udah beberapa hari ini pendapatan tidak sampai 400 ribu dalam sehari. Itupun karen para pelajar yang paling sering beli masker. Karena hingga hari ini masih diwajibkan pakai masker dilingkungan sekolah mereka,” ungkap Ani.
Tak jauh beda dengan pedagang masker lainnya, Wati (56). Dia bilang permintaan masker udah jauh berkurang, Apalagi sekarang udah ada ketentuan membebaskan pemakaian masker ketika berada diluar ruangan.
“Padahal, stok masker ku masih banyak. Modal ku pun belum sepenuhnya kembali. Biasanya bisa dapat lebih dari 500 ribu dalam sehari. Tapi sekarang 300 ribu pun belum bisa terpenuhi,”kata wanita yang berjualan di depan gedung MUI Kota Pematangsiantar tersebut.
Wati menyebut harus memutar otak mencari strategi agar maskernya bisa laku dijual. Bisnis usaha itu pun tak lagi seperti pada pertengahan awal mewabahnya virus corona yang sempat laris manis. Ia mensiasatinya dengan menurunkan harga masker yang akan dijual.
“Biasanya, masker itu kalau beli satu biji seharga Rp. 5000. Tapi sekarang menjadi Rp. 2000. Seperti jenis masker duckbill. Atau masker bedah biasa mulai 9.000 hingga 25.000 per kotaknya,” jelas Wati.
Semenjak pemerintah melonggarkan penggunaan masker, ucap Wati, dia berencana mengganti dagangan maskernya dengan barang dagangan lainnya seperti kaos kaki, sarung tangan atau bensin eceran untuk kendaraan, karena omset penjualannya menurun drastis. (Toni Tambunan)